Rabu, 20 Februari 2019

FENOMENA KEHADIRAN SRIKANDI-SRIKANDI PEJUANG K3 INDONESIA


FENOMENA KEHADIRAN SRIKANDI-SRIKANDI
PEJUANG K3 INDONESIA
( Hendrajati, S.Pd, Pendiri HSE Indonesia & Mahasiswa S2 PPS MP UAD )


            Sejak terbitnya Undang-undang no 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang ruang lingkupnya antara lain pembinaan K3 bagi manajemen dan pekerja, pembentukan unit P2K3 perusahaan atau komite K3 perusahaan dan lainnya, cukup membawa angin perubahan pada dunia kerja untuk secara perlahan tapi pasti setiap perusahaan wajib menerapkan K3, secara otomatris pula perusahaan harus menempatkan petugas-petugas K3 diareal operasional kerjanya. Tidak bisa dipungkiri saat itu memang dunia usaha serta dunia industri banyak di dominasi kaum pria sebagai pekerja terutama dalam hal ini sebagai petugas K3.
            Penulis pun merasakan awal bekerja sebagai petugas K3 disalah satu kontraktor perusahaan tambang batubara terbesar di Indonesia bahkan di dunia yang terletak di kota  Sangatta Kalimantan Timur pada tahun 2003 dimana sudah dilaksanakan standar keselamatan kelas dunia, saat itu 100% petugas K3 adalah seorang pria tidak ditemui seorang wanita yang menjadi petugas K3,  pegawai wanita rata-rata menjadi sekretaris, administrasi serta akunting, pengawas sampai dengan level manajer juga ada beberapa yang diisi oleh kaum wanita. Safety adalah nama yang sangat asing jika disebutkan pada waktu itu terkadang mereka menganggap bahwa safety itu adalah petugas security perusahaan bahkan ada yang mengira bahwa safety itu adalah sepatu alias alat keselamatan bekerja. Perusahaan sekelas Pertamina juga sudah lebih lama mengenal istilah Petugas K3 karena mereka juga sudah menerapkan system K3 dengan baik  namun tetap saja di dominasi oleh kaum adam.
            Memasuki Revolusi Industri 4.0  petugas K3 mulai diisi oleh para wanita seiiring mulai  ngetrendnya K3 dikalangan generasi milenial, peminat semakin meningkat setiap tahunnya ditambah mulai bermunculan jurusan K3, Kesehatan masyarakat, teknik lingkungan di beberapa perguruan tinggi serta semakin pedulinya pemerintah dan pengusaha akan arti pentingnya K3.
            Kenyataan yang sangat menggembirakan bagi dunia K3 dengan munculnya para Srikandi-srikandi pejuang Keselamatan,  mereka hadir ditengah-tengah kerasnya dunia industry, manufaktur,  konstruksi, tambang/Minerba. Kehadirannya diharapkan mampu membawa perubahan besar untuk mengubah perilaku para pekerja agar lebih peduli terhadap aspek keselamatan, kesehatan dan lingkungan kerjanya sehingga kedepan akan menjadi budaya bagi semua pekerja dan tidak ada lagi kesedihan, airmata yang menetes  akibat salah satu keluarganya cedera, cacat bahkan meninggal dunia akibat kecelakaan kerja.
            Para srikandi-srikandi ini tidak hanya bekerja didalam ruangan kantor saja namun mereka selayaknya petugas K3 pria lainnya yang harus turun kelapangan untuk melakukan inspeksi rutin terencana maupun yang tidak terencana bersama-sama para pengawas, memberikan pengarahan/penyuluhan K3, meninjau lokasi kerja bahkan terkadang ikut mengawasi ditengah teriknya matahari, bahkan ada yang harus masuk shift malam hari bekerja diantara puluhan bahkan ratusan pria lainnya, tidak ada perlakuan berbeda karena masing-masing bekerja sesuai job description yang telah ditetapkan.
            Tidak dipungkiri banyak pekerja pria baik yang dikantor maupun dilapangan senang dengan kehadiran srikandi-srikandi K3 berada ditengah-tengah mereka, selain otomatis menambah semangat kerja kaum adam, seorang wanita lebih lembut dalam menyampaikan pesan-pesan K3 yang langsung bisa  menancap dihati para pekerja pria, secara psikologis juga bisa membangkitkan semangat kerja mereka..
            Dari beberapa Srikandi K3 yang penulis tanyakan  mengapa mereka tertarik terjun di dunia K3 dimana dahulu orang beranggapan bahwa pekerjaan ini adalah domainnya seorang pria berikut tanggapan langsung dari mereka ;
1.      Tio Hannarin Siapudan seorang Srikandi asal Jambi  mengatakan ketertarikannya di dunia HSE ingin mendalami dan mempelajari lebih banyak apa itu HSE selain itju melatih diri untuk menjadi pribadi yang kuat juga tegar terutama melatih diri untuk lebih disiplin dengan waktu
2.      Eni Asih Yuniati seorang Srikandi dari Sangatta Kutai timur Kalimantan Timur, Dunia safety semata-mata bukan hanya karena bekerja saja, akan tetapi selain dapat gaji bisa mendapatkan pahala karena selalu mengingatkan orang untuk bekerja aman dan selamat selain itu juga punya ilmu yang bermanfaat, kuncinya komitmen, konsisten dan yang penting ikhlas.
3.      Dyla Hagriah dari Makassar Sulawesi Selatan, Pada hakekatnya seseorang HSE dituntut untuk berani dan kuat, tertarik sekali terjun kedunia ini karena ingin meminimalisir kecelakaan kerja agar para pekerja bisa kembali dalam keadaan sehat, selamat dan dapat berkumpul  dengan keluarga.
4.      Bunda Nana dari Tuban Jawa Timur,  HSE adalah profesi yang luar biasa bagi saya, dimana seorang HSE harus mempunyai komitmen tinggi atas tanggunjawab yang besar menyangkut keselamatan orang banyak dalam lingkup sebuah pekerjaan, saya bangga menjadi seorangf HSE, ilmu K3 tidak hanya berguna untuk sebuah pekerjaan diperusahaan saja akan tetapi juga berguna untuk kehidupan sehari-hari yang kita terapkan dalam rumah tangga, sekali lagi saya bangga menjadi salah satu srikadni HSE, HSE untuk pekerja dan HSE untuk keluarga tercinta.
5.      Lisna Frida Sitanggang dari kota Pontianak, merupakan tantangan tersendiri dimana dulu saya dituntut untuk menjaga keselamatan ibu dan bayi sekarang saya dituntut untuk menjaga nyawa para pekerja suatu perusahaan, banyak hal yang harus dipelajari, harus mandiri, tegas dan disiplin waktu.
6.      Made Yenny dari Gresik Jawa Timur, seorang wanita lebih tegas dalam hal supervise lapangan dan tertib adminsitrasi, sehingga jika audit dokumen jarang sekali bermasalah.
7.      Yanti Waelah dari Tangerang, wanita tidak bisa dipandang sebelah mata dan mampu bersaing dengan secara sehat dengan kaum pria dalam segala bidang termasuk HSE, wanita mampu menjadi HSE yang mumpuni bahkan menjadi leader bagi kaum pria pada dasarnya emansipasi wanita saat ini sudah jauh lebih baik, kesetaraan gender sudah mulai ada disegala sector, wanaita terkadang jauh lebih tangguh.
8.      Amelia Ratna Mustika dari Tasikmalaya Jawa Barat, saya lebih suka bersosialisasi dan bertemu banyak orang, karena perbanyaklah tali silaturahmi antar sesama, terpenting wanita harus kuat.
9.      Wigati Listya dari Klaten Jawa Tengah, mengingatkan pekerja supaya menjaga keselamatan dan kesehatan kerja, memperkenalkan HSE mulai dari keluarga, sebagai ilmu dasar yang wajib diketahui oleh semua sehingga K2 lebih familiar dalam lkehidupan masyarakat sehari-hari disamping didunia kerja.
10.  Sofi Kumala Dewi dari Jakarta, K3 bukan milik sirkandi atau kaum adam, K3 sudah fitrahnya manusia untuk keberlangsungan manusia itu sendiri, tidak mengenal jenis kelaminsiapapun bisa masuk kedunia K3 seleksi alam yang berlaku, yang tidak kompeten akan keluar, yang kompeten akan eksis.

Dalam beberapa dialog dengan para pekerja pria mengenai hadirnya para srikandi-srikandi ini dilapangan, mereka sangat senang , bisa lebih fresh saat capek bekerja didatangi para srikandi kemudian berkomunikasi tentang keselamatan rasanya lebih mengena ujar salah satu pekerja , begitupun bagi pekerja  pria dikantor divis K3, kehadiran srikandi ini memberikan warna yang berbeda untuk mengubah suasana kantor yang awalnya sedikit tegang karena rutinitas pekerjaan kini agak mencair dengan kehadiran mereka ditambah selalu adanya makanan ringan yang mereka bawa sembari berkelakar.
Fenomena ini sangat menggembirakan karena para srikandi tersebut kelak akan melahirkan generasi emas, dimana generasi yang sedari kecil telah diajarkan basic K3 oleh orangtua khususnya ibu yang seorang Srikandi pejuang K3 di Indonesia. Kelak Indonesia berbudaya K3 bukan lagi isapan jempol namun akan menjadi kenyataan. Aamiin.

INDONESIA BERBUDAYA KESELAMATAN BUKAN OMONG KOSONG


INDONESIA BERBUDAYA KESELAMATAN BUKAN OMONG KOSONG
( HENDRAJATI, S.PD. Pendiri HSE Indonesia, Praktisi K3 & Penulis )

Sekilas terlalu berlebihan atau anak-anak muda milenial jaman now mengatakan LEBAY. Sejak tahun 1995 hingga ke tahun 2010, kemudian tahun 2010 hingga ke tahun 2015, dari tahun 2015 hingga ke tahun 2019 sekarang selalu dicanangkan pemerintah republilk Indonesia bahwa Indonesia akan berbudaya K3, namun kenyataannya hingga sampai detik ini hal tersebut tidak kunjung terealisasi, lalu kapan? Penulis mengatakan bahwa slogan-slogan Indonesia berbudaya K3 yang selalu didengungkan, digaungkan, bahkan disosialisasikan bukanlah hal yang salah !!! kita butuh komitmen seperti itu. Lalu siapa yang salah? Pertanyaan ini kadang terlontar dari rekan-rekan prakitisi/pemerhati K3. Mencari siapa yang salah dan siapa yang benar bukanlah pertanyaan tepat dalam hal ini. Mencari kesalahan adalah hal yang teramat sangat mudah dilakukan. Saya pribadi lebih suka dengan pertanyaan Kapan kita akan bisa berbudaya K3?
Tanggal 12 Januari hingga 12 Februari setiap tahunnya bangsa ini memperingati bulan K3, perusahaan mengadakan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan K3 baik seminar/Workshop K3, sosialisasi kesehatan, kebersihan lingkungan, keselamatan berlalu lintas di sekolah-sekolah, dikampung-kampung, mengadakan cerdas cermat K3, lomba rescue challenge, lomba fire fighting, pameran/Expo K3, aneka lomba-lomba dan ditutup dengan upacara bulan K3. Kegiatan-kegiatan tersebut sangat baik diadakan dalam bulan-bulan itu saja namun tidak efektif pengaruhnya di masyarakat karena hanya sekadar kegiatan seremonial tahunan namun sangat baik dilakukan dilingkungan perusahaan terlebih perusahaan yang komitmen dalam hal K3.
Setiap hari manusia butuh yang namanya sehat, manusia butuh yang namanya Keselamatan, manusia juga membutuhkan Lingkungan yang sejuk nan asri walau pada kenyataan sehari-hari masih banyak manusia yang mengabaikan kesehatan, mengabaikan keselamatan dan memandang masalah lingkungan adalah hal yang sepele. Ketiga hal tersebut yang menjadi tugas kita terlebih bagi orang yang sudah mengaku dirinya seorang petugas K3, apa yang sudah kita lakukan untuk membantu membudayakan K3 di lingkungan perusahaan kita bekerja, apa yang sudah kita lakukan untuk membantu membudayakan K3 kepada keluarga tercinta kita, apa yang sudah kita lakukan untuk membudayakan k3 ditengah-tengah kehidupan masyarakat? Tentu bukan hal yang mudah seenak orang membalikkan telapak tangan. Begitupun yang dirasakan oleh dinas terkait dalam hal ini Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) mereka tidak akan sanggup memikul beban berat yang diberikan atasannya yaitu dari Kementerian Tenaga kerja (Kemnaker) dan pihak Kemnaker juga harus mempertanggunjawabkannya kepada pimpinan pemerintahan  tertinggi di negara ini yaitu Presiden.
Maka peran serta masyarakat sangat dibutuhkan untuk membantu pemerintah republik Indonesia dalam membudayakan K3.  Masyarakat yang mana ? semua lapisan masyarakat baik dari akademisi, Mahasiswa Kesmas/K3, Dunia Pendidikan, komunitas K3, Organisasi K3 untuk selalu tanpa bosannya  memberikaan kesadaran kepada masyarakat tentang K3 bukan hanya dalam bulan-bulan tertentu saja namun setiap hari memberikan contoh teladan dari keluarga terdekat kemudian kepada masyarakat.
Mari kita lihat visi K3 indonesia adalah   Kemandirian Masyarakat Indonesia  Berbudaya K3 Tahun 2020. Tahun 2020 tinggal satu tahun lagi dari tahun 2019 saat ini, pertanyaannya adalah Apakah bisa terwujud? (tidak perlu dijawab cukup dalam hati saja) pertanyaan berikutnya  yang sangat menarik adalah Apakah yang sudah kita lakukan untuk membantu pemerintah dalam membudayakan K3? (ini juga ccukup dijawab dalam hati). Sah-sah saja negara ini mempunyai visi sehebat apapun kalaupun visi itu belum bisa terwujud kita tetap terus membuat visi yang sama dalam kemasan redaksional yang berbeda. Karena akan lebih parah lagi jika negara ini tidak mempunyai arah mau dibawa kemana K3
Kemudian siapa yang harus bertanggung jawab terhadap K3 ? secara structural yang pertama adalah pemerintah selaku pembuat, penentu, dan pemantau kebijakan, regulasi K3 di negara ini, kedua lembaga/assosiasi/organisasi yang sangat membantu tugas-tugas pemerintah khususnya dalam membudayakan K3, banyak organisasi-organisasi nasional di negeri ini seperti DK3N, A2K3, HSE Indonesia. Lembaga-lembaga pendidikan juga sangat membantu dalam mencetak generasi-generasi handal di bidang K3 seperti UI, Stikes Binawan, Usahid, UNS, UAD melalui Kesmasnya, UPN melalui tekhnik lingkungan  dll. Ketiga adalah dunia industry dan dunia usaha yang selalu berkoordinasi dengan pemerintah dalam menerapkan pelaksanaan SMK3 di perusahaannya masing-masing. Keempat adalah peran serta masyarakat umum dalam setiap aktifitasnya pun juga harus aman/selamat, yang terakhir ini sangat menentukan terwujudnya Indonesia berbudaya Keselamatan, mulailah kesadaran dari diri pribadi sendiri kemudian ditularkan kepada keluarganya dan seterusnya kepada tetangga kiri-kanan dengan memberikan contoh atau keteladanan. Kontribusi Pemerintah, Organisasi/lembaga serta Perusahaan sangat significant kepada lingkungan sekitarnya, keempat unsur ini saling terkait satu dengan yang lainnya tidak bisa berdiri sendiri-sendiri.
Jika kita menanyakan kepada masing-masing individu Siapakah yang bertanggunjawab terhadap keselamatan  diri kita ? maka jawabannya tidak lain adalah bahwa diri kita pribadilah yang bertanggungjawab bukan orang lain, jangan pernah menyerahkan keselamatan diri pribadi kita kepada Presiden, Menteri tenaga kerja, Direktur, Manager maupun kepada petugas K3. Karena yang mengetahui aktifitas sehari-hari kita adalah diri kita sendiri, jika terjadi kecelakaan maka dampak kerugian terbesar yang merasakan  adalah  diri pribadi kita masing-masing. Masih banyak masyarakat sadar akan pentingnya keselamatan setelah mereka mengalami kecelakaan sendiri, atau saudaranya, kerabatnya yang menjadi korban, tumbuh kesadaran setelah melihat secara langsung menderitanya korban kecelakaan akibat kelalaian.
Penulis sangat yakin bahwa suatu saat bangsa Indonesia bisa berbudaya K3 walau masih banyak orang pesimistis, beruntung saya pribadi bukan orang-orang yang selalu pesimis namun orang yang selalu optimis walaupun jalan terjal, jalan berliku serta harus dilalui dengan proses yang cukup lama. Lalu bagaimana caranya membudayakan K3? Saya mengajak para pembaca untuk melakukan hal-hal yang akan saya paparkan dibawah ini, bukankah lebih baik berbuat walaupun sedikit daripada tidak melakukan sama sekali, apakah kita akan selalu menjadi penonton, menjadi pem-bully  tanpa berkontribusi sedikitpun kepada bangsa besar ini. Kuncinya hanya satu yaitu Will/KEMAUAN. Will to take action.
Ada berbagai metode atau cara dalam menyebarkan virus-virus K3 dalam rangka membudayakannya ditengah masyarakat Indonesia antara lain sebagai berikut:
1.      Bergabung kedalam Organisasi
Masuklah kedalam komunitas, organisasi yang bergerak di bidang keselamatan, kesehatan dan juga lingkungan. Bersyukurlah bila masuk kedalam organisasi yang memiliki jaringan luas hampir ada diseluruh Indonesia seperti DK3N, HSE Indonesia, A2K3. Kita mempunyai wadah untuk berinteraksi menambah wawasan ilmu K3, wadah untuk berbuat lebih ringan dengan berbagai program tahunan yang telah mereka miliki
2.      Audiensi & MoU
Agar organisasi tidak berjalan sendiri serta lebih dikenal luas oleh masyarakat maka lakukanlah Audiensi kepada Dinas terkait yaitu terutama Dinas Tenaga Kerja setempat, dinas kesehatan dan dinas lingkungan hidup memperkenalkan visi misi serta program organisasi dll agar mensupport setiap aktifitas organisasi dalam meperkenalkan juga dalam membudayakan K3 dimasyarakat, lakukan audiensi juga dengan organisasi-organisasi lain bila perlu lakukan MoU/kerjasama resmi dengan perguruan tinggi ataupun instansi lainnya yang ada didaerah.
3.      Sosialisasi K3
Jangan menunggu disaat bulan K3 kebanyakan perusahaan baru  aktif terjun di masyarakat, kita harus melakukannya secara terjadwal ke sekolah-sekolah, ke panti asuhan/pondok pesantren, ke yayasan-yayasan sosial, kedesa-desa yang langsung mengena disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Materi yang bisa disajikan misalnya safety Riding, Kselamatan disekolah, Penggunaan pemadam api ringan, kesehatan, kebersihan dll
4.      Pemasangan Spanduk/Banner
Bekerjasamalah dengan instansi/departemen terkait dalam membantu memberikan penyuluhan dengan menggunakan media spanduk atau banner misalnya pemasangan spanduk  keselamatan berlalu lintas kita bisa berkoordinasi dengan pihak kepolisian, pemasangan spanduk jagalah kebersihan pantai bekerjasama dengan dinas pariwisata setempat, pemasangan banner mencegah  HIV/AID/Narkoba berkoordinasi kepada dinas kesehatan .
5.      Pembagian Stiker/Brosur.
Dapat dilakukan di perempatan lampu merah bila stiker yang kita bagikan berupa himbauan ajakan untuk memasang seat belt, berkendara yang aman, gunakan helmet dengan benar bagi pengendara sepeda motor, stiker jagalah kebersihan demi kesehatan juga bisa kita bagikan di pasar-pasar, area jogging disepanjang sisi polder air, Car free day (CFD), Pemberian stiker Hemat Listrik, keselamatan listrik juga bisa kita bagikan door to door kerumah-rumah penduduk agar bisa ditempel langsung sebagai pengingat masyarakat.
6.      Kerja Bhakti Lingkungan
Ikuti kegiatan masyarakat ini dan berikan informasi serta pelatihan singkat disela-sela kegiatan seabis kerja bhakti dengan memberikan pengetahuan penggunaan alat pemadam api ringan, P3K/Fisrt Aid, serta berbagai materi lainnya sehinggam asyarakat merasakan dampak manfaatnya secara langsung

7.      Penanaman Pohon
Bersinergi dengan masyarakat beserta komunitas lainnya untuk melakukan penanaman pohon bersama disuatu tempat yang telah disepakati bersama, saat pertemuan dalam membahas  persiapan-persiapan sebelum hari pelaksanaan dengan perwakilan masyarakat dan komunitas lain selipkan sedikit materi mengenai K3L yang berhubungan dengan kegiatan penananaman pohon ini begitupun saat selesai pelaksanaan kegiatan sehingga secara tidak langsung memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa kegiatan ini tidak hanya sekadar menanam namun juga merawat hingga pohon – pophon ini kelak tumbuh besar bermanfaat bagi generasi berikutnya dalam memperoleh udara sehat dll begitupun memberikan ilmu pengetahuan kepada masyarakat cara menanam pohon yang aman baik dari persiapan awal sampai dengan sesudah pelaksanaannya.
8.      Bersih Pantai maupun areal umum lainnya
Metode yang digunakan sama dengan penanaman pohon dengan melibatkan komunitas lain sereta masyarakat umum, ini bisa dilakukan di daerah pantai, areal olahraga masyarakat umum, areal Car Free Day (CFD) dll, akan lebih bagus disertai pembagian stiker/brosur K3 kepada masyarakat.
9.      Senam Rutin & Jalan Sehat Bersama
Bergabunglah dengan kegiatan yang dilakukan oleh komunitas lain atau masyarakat lain saat kegiatan senam massal bersama maupun saat acara jalan santai/sehat, bekerjasama dengan panitia untuk diberikan kesempatan berbicara 5 menit tentang materi keselamatan dalam rangkaian acara tersebut, bisa juga  kita membagikan stiker/brosur dalam acara-acara ini.
10.  Pelatihan/Seminar
Training/seminar tidak hanya kita lakukan kepada anggota organisasi namun juga kepada masyarakat, bekerjasamalah dengan manajemen mall, rumah sakit, instansi pemerintah ataupun organisasi lain dalam memberikan pelatihan sehari kepada anggota-anggotanya, materi pelatihan bisa berupa first aid, penggunaan APAR, dasar-dasar keselamatan, inspeksi dll
11.  Pemanfaatan Media Sosial, Surat Kabar, Majalah, Radio dan Televisi
Di era revolusi Industri 4.0 akan sangat lebih mudah bagi siapapun untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat terutama mengenai materi-materi K3, informasi kegiatan-kegiatan organsiasi, Tanya jawab seputar K3, informasi Lowongan Kerja yang diminati masyarakat dll. Gunakan Medsos untuk menjaring member yang berminat tentang K3 seperti aplikasi Facebook, Whatsapp, telegram, line, twitter, Instagram dll. Sebagai anggota maupun pengurus organisasi rajin-rajinlah menulis tentang public safety/keselamatan umum disurat kabar maupun majalah, berbicara mengenai issue-issue K3 di stasiun radio maupun ditelevisi.
12.  Keteladanan Pribadi
Berilah contoh baik kepada masyarakat dengan berperilaku aman, selamat mencerminkan bahwa diri kita adalah teladan keselamatan sehingga masyarakat akan mengikuti kebaikan-kebaikan yang kita lakukan, alangkah ironisnya bila kegiatan-kegiatan positif diatas telah kita lakukan namun perilaku kita masih tetap buang sampah sembarangan, mengendarai sepeda motor tidak memakai helmet, tidak menggunakan seat belt ketika berada dalam perjalanan menggunakan kendaraan roda empat, merokok yang mengganggu kesehatan masih juga dilakukan dan lain sebagainya.
Kemungkinan masih terdapat banyak cara lain untuk membudayakan K3 dimasyarakat selain yang telah penulis ceritakan diatas namu yang terpenting lakukanlah walau hanya sedikit dareipada tidak sama sekali apalagi bagi yang sudah terbiasa merasakan manfaat pentingnya K3 diperusahaan-perusahaan, mari kita tularkan ilmu yang dimiliki kepada masyarakat karena keselamatan bukan hanya kebutuhan Dunia Usaha Dunia Industri namun kebutuhan seluruh manusia. Menghebatlah kita ditengah-tengah masyarakat bukan hanya hebat dan jago K3  diperusahaan.
OMONG KOSONG TIDAK JIKA SUATU SAAT NANTI BANGSA INDONESIA BISA BERBUDAYA KESELAMATAN
JAWABANNYA  :   SEMUA TERGANTUNG SIKAP ANDA

Penyampah


PENYAMPAH
Hendrajati, S.Pd
( Praktisi K3, Pendiri HSE Indonesia, Mahasiswa S2 PPS MP UAD )

Penyampah merupakan istilah yang sering digunakan oleh masyarakat untuk orang-orang yang suka buang sampah sembarangan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian Sampah adalah barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi dan sebagainya:kotoran seperti daun kertas:
Sedangkan pengertian nyampah atau menyampah yaitu menjadi sampah atau barang-barang itu dibiarkan dihalaman pengertian lainnya mengotori. Untuk orang yang menyebabkan adanya sampah , orang yang mengotori jalan dengan sampah disebut Penyampah.
Antara sampah, nyampah dan penyampah ketiga kata yang saling bertalian satu dengan yang lainnya ini tidak bisa terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia selain menghasilkan sampah terbesar bangsa ini juga terkenal dengan kebiasaan membuang sampah sembarangan. Fenomena buruk tersebut tidak bisa dipungkiri masih lebih banyak orang yang tidak peduli terhadap kebersihan lingkungan daripada yang peduli. Perhatikan setiap event pesta adat, pameran pembangunan, konser musik, pertandingan olah raga, CFD, Acara mahasiswa dll pasti para penonton meninggalkan banyak sampah berserakan mulai dari botol minuman plastik, kaleng, plastik wadah makanan, kertas kardus snack, puntung rokok berhamburan dimana-mana, suatu pemandangan yang tidak asing lagi ditengah-tengah masyarakat kita bahkan mungkin hanya segelintir orang yang risih menyaksikan pemandangan tidak sedap tersebut sementara yang lainnya acuh tak acuh seakan-akan sudah terbiasa dengan kondisi seperti ini, padahal baik panitia  maupun tempat pelaksanaan kegiatan pasti sudah menyediakan tempat sampah diareal tersebut bahkan kemungkinan juga sudah di ingatkan.
Kadang terpikir apa yang salah, dimana salahnya,  kenapa bangsa yang besar ini tidak kunjung bisa mengatasi masalah kebiasaan membuang sampah sembarangan masyarakatnya ? 73 Tahun bangsa ini telah merdeka dari tahun 1945 hingga 2018 adalah waktu yang cukup panjang untuk bisa membudayakan kebersihan lingkungan walau kenyataannya tetap belum bisa,  masih sangat memprihatinkan sampai-sampai ada lelucon dalam tulisan spanduk yang terpasang ‘ Belajar di SD 6 tahun, SMP 3 tahun, SMA 3 Tahun belum lagi kuliah S1 4 tahun tapi masih buang sampah sembarangan, ngapain saja di sekolah? Ujung-ujungnya guru lagi yang seolah-olah disalahin.
Tulisan ini berusaha untuk mencari sedikit banyak apa  penyebab nyampah masih menjadi kebiasaan buruk yang sulit dihilangkan ditengah masyarakat Indonesia serta bagaimana solusinya menyelesaikan permasalahan ‘usang’ ini.
Jika kita menanyakan kepada para pengunjung suatu event kenapa mas/mbak/pak/bu kok buang sampah sembarangan diantara mereka pasti ada yang hanya menjawab dengan senyuman, cengengesan, kan ada petugas kebersihannya, gak ada tempat sampahnya, tempat sampahnya jauh bahkan ada yang jawab biar simple saja mas. Mereka rata-rata usia dewasa  pasti akan menyebutkan salah satu jawaban diatas tadi. Artinya bahwa alasan utama tidak tersedianya tempat sampah dilokasi event bukanlah hal utama. Ini masalah attitude atau kebiasaan buruk dari masing-masing individu yang kesadaran terhadap kebersihan lingkungan masih sangat kurang bahkan boleh dikatakan buruk sekali.
Mencari alasan untuk menjustifikasi/membenarkan  diri bahwa masyarakat membuang sampah sembarangan karena kurangnya atau tidak adanya fasilitas tempat sampah, adanya lahan kosong yang dimanfaatkan masyarakat umum untuk membuang sampah/limbah rumah tangga dan ironisnya pinggiran sungai/kali dijadikan tempat membuang sampah mereka bahkan alasan tidak adanya penyuluhan dari RT/RW juga dinas lingkungan hidup kepada masyarakat, alasan-alasan pembenaran ini seakan-akan ada benarnya namun tidak tepat karena pada kenyataannya tempat sampah sudah disediakan masih saja buang sampah sembarangan ditempat umum, petugas sampah rutin mengambil limbah sampah rumah tangga masih saja ada yang suka membuangnya di pinggir jalan, sungai/kali. Dampak dari kebiasaan buruk inipun sudah tidak di hiraukan lagi oleh beberapa masyarakat baik banjir melanda, penyakit berdatangan dan lain sebagainya.
Lalu solusi jangka panjangnya seperti apa? Agar bangsa Indonesia tercinta ini bisa menjadi negara yang bersih seperti negara tetangga kita Malaysia, Singapura, serta Jepang.
1.         Rumah Tangga
Pendidikan di rumah tangga menjadi sangat penting karena dari sinilah pembentukan karakter awal anak tercipta. Orang tua memberikan contoh yang bagus kepada anak-anaknya karena mereka adalah panutan, yang dilihat sehari-hari aktifitasnya oleh anak. Ajari anak buang sampah pada tempatnya, bersama-sama membersihkan rumah sambil bermain, menanamkan nilai-nilai kebersihan juga manfaatnya kepada anak, dengan mengajarkan kebiasaan baik maka ketika ia tumbuh dewasa ia memiliki pribadi serta karakter positif yang sangat kuat.
2.         Pendidikan di Sekolah
Sekolah mulai dari Taman kanak-kanak, SD, SMP perlu diberikan pendidikan karakter yang kuat. Guru tidak sekadar memberikan ilmu tentang kebersihan dan kesehatan kepada peserta didiknya namun guru juga wajib memberikan contoh nyata dari perilakunya, membuang sampah pada tempatnya, mengatur piket kelas, kebersihan sekolah serta ruang guru yang akan dilihat sewaktu-waktu juga oleh siswanya, kerja bhakti membersihkan pekarangan sekolah. Untuk tingkat SD/SMP sekolah wajib menerapkan sekolah Adiwiyata sehingga siswa bisa melihat serta merasakan secara langsung pentingnya kebersihan dan udara segar dari pepohonan yang ada disekolahnya. Penyuluhan dari dinas kebersihan terkait dari organisasi-organisasi pencinta lingkungan juga perlu diberikan kepada semua siswa.
3.         Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat juga turut berperan dalam menumbuh kembangkan kesadaran masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan tidak hanya dikampungnya namun dimanapun kita berada. Sosialisasi saat pertemuan-pertemuan bulanan warga, kerja bhakti kebersihan, menanam pohon kemudian membuat atau menyediakan  tempat sampah disetiap rumah untuk kemudian diambil oleh petugas kebersihan, lomba kebersihan dan kampung hijau digalakkan, memasang spanduk tentang kebersihan/membuang sampah pada tempatnya diareal RT/RW, menempel artikel terkait di papan pengumuman dll.
4.         Pemerintah
Peraturan daerah serta UU terkait Lingkungan harus benar-benar diimplementasikan kepada masyarakat bila perlu dengan pemberian sanksi sehingga lambat laun kebiasaan buruk Nyampah akan terkikis karena memang untuk Award dan Punishment berada ditangan penyelenggara negara. Walaupun piala Adipura s/d Adipura Kencana juga telah diberikan kepada daerah yang dianggap bersih namun penilaian hanya sebatas spot-spot tertentu saja tidak secara menyeluruh, bila pemerintah acuh tak acuh, tidak peduli hanya sekadar menyediakan sarana prasarana, fasilitas ini itu tanpa ada control, monitoring, evaluasi dan penegakkan aturan maka masyarakat pun juga akan seenaknya berbuat karena dianggap hal sepele. Komitmen tertinggi tetap ada ditangan Pemimpin  bangsa ini. Ditangan pemimpin yang peduli terhadap kebersihan lingkungan maka bangsa ini akan sejajar dengan bangsa-bangsa maju lainnya.
Keempat faktor diatas sangat penting serta saling keterkaitan, pemerintah menyediakan tempat sampah namun tidak ada kesadaran sejak dini masyarakat tentang arti pentingnya kebersihan tetap saja sampah berceceran dimana-mana bahkan tempat sampah justru pada rusak, spanduk/baliho/reklame tentang kebersihan dimana-mana tanpa adanya penegakkan aturan misalnya dengan memberikan peringatan/denda/sanksi kepada masyarakat tetap saja sampah akan ada dimana-mana. Semua faktor saling terkait, semoga kedepan tidak akan ada lagi kita temukan sampah berserakan dan tidak ada lagi bangsa lain yang menuduh jika ada sampah pasti disitu ada orang Indonesia.
            Mari wujudkan Indonesia bersih,,,,Bersama Pasti Bisa…!!!


Yogyakarta, 19 Desember 2018