Rabu, 20 Februari 2019

FENOMENA KEHADIRAN SRIKANDI-SRIKANDI PEJUANG K3 INDONESIA


FENOMENA KEHADIRAN SRIKANDI-SRIKANDI
PEJUANG K3 INDONESIA
( Hendrajati, S.Pd, Pendiri HSE Indonesia & Mahasiswa S2 PPS MP UAD )


            Sejak terbitnya Undang-undang no 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang ruang lingkupnya antara lain pembinaan K3 bagi manajemen dan pekerja, pembentukan unit P2K3 perusahaan atau komite K3 perusahaan dan lainnya, cukup membawa angin perubahan pada dunia kerja untuk secara perlahan tapi pasti setiap perusahaan wajib menerapkan K3, secara otomatris pula perusahaan harus menempatkan petugas-petugas K3 diareal operasional kerjanya. Tidak bisa dipungkiri saat itu memang dunia usaha serta dunia industri banyak di dominasi kaum pria sebagai pekerja terutama dalam hal ini sebagai petugas K3.
            Penulis pun merasakan awal bekerja sebagai petugas K3 disalah satu kontraktor perusahaan tambang batubara terbesar di Indonesia bahkan di dunia yang terletak di kota  Sangatta Kalimantan Timur pada tahun 2003 dimana sudah dilaksanakan standar keselamatan kelas dunia, saat itu 100% petugas K3 adalah seorang pria tidak ditemui seorang wanita yang menjadi petugas K3,  pegawai wanita rata-rata menjadi sekretaris, administrasi serta akunting, pengawas sampai dengan level manajer juga ada beberapa yang diisi oleh kaum wanita. Safety adalah nama yang sangat asing jika disebutkan pada waktu itu terkadang mereka menganggap bahwa safety itu adalah petugas security perusahaan bahkan ada yang mengira bahwa safety itu adalah sepatu alias alat keselamatan bekerja. Perusahaan sekelas Pertamina juga sudah lebih lama mengenal istilah Petugas K3 karena mereka juga sudah menerapkan system K3 dengan baik  namun tetap saja di dominasi oleh kaum adam.
            Memasuki Revolusi Industri 4.0  petugas K3 mulai diisi oleh para wanita seiiring mulai  ngetrendnya K3 dikalangan generasi milenial, peminat semakin meningkat setiap tahunnya ditambah mulai bermunculan jurusan K3, Kesehatan masyarakat, teknik lingkungan di beberapa perguruan tinggi serta semakin pedulinya pemerintah dan pengusaha akan arti pentingnya K3.
            Kenyataan yang sangat menggembirakan bagi dunia K3 dengan munculnya para Srikandi-srikandi pejuang Keselamatan,  mereka hadir ditengah-tengah kerasnya dunia industry, manufaktur,  konstruksi, tambang/Minerba. Kehadirannya diharapkan mampu membawa perubahan besar untuk mengubah perilaku para pekerja agar lebih peduli terhadap aspek keselamatan, kesehatan dan lingkungan kerjanya sehingga kedepan akan menjadi budaya bagi semua pekerja dan tidak ada lagi kesedihan, airmata yang menetes  akibat salah satu keluarganya cedera, cacat bahkan meninggal dunia akibat kecelakaan kerja.
            Para srikandi-srikandi ini tidak hanya bekerja didalam ruangan kantor saja namun mereka selayaknya petugas K3 pria lainnya yang harus turun kelapangan untuk melakukan inspeksi rutin terencana maupun yang tidak terencana bersama-sama para pengawas, memberikan pengarahan/penyuluhan K3, meninjau lokasi kerja bahkan terkadang ikut mengawasi ditengah teriknya matahari, bahkan ada yang harus masuk shift malam hari bekerja diantara puluhan bahkan ratusan pria lainnya, tidak ada perlakuan berbeda karena masing-masing bekerja sesuai job description yang telah ditetapkan.
            Tidak dipungkiri banyak pekerja pria baik yang dikantor maupun dilapangan senang dengan kehadiran srikandi-srikandi K3 berada ditengah-tengah mereka, selain otomatis menambah semangat kerja kaum adam, seorang wanita lebih lembut dalam menyampaikan pesan-pesan K3 yang langsung bisa  menancap dihati para pekerja pria, secara psikologis juga bisa membangkitkan semangat kerja mereka..
            Dari beberapa Srikandi K3 yang penulis tanyakan  mengapa mereka tertarik terjun di dunia K3 dimana dahulu orang beranggapan bahwa pekerjaan ini adalah domainnya seorang pria berikut tanggapan langsung dari mereka ;
1.      Tio Hannarin Siapudan seorang Srikandi asal Jambi  mengatakan ketertarikannya di dunia HSE ingin mendalami dan mempelajari lebih banyak apa itu HSE selain itju melatih diri untuk menjadi pribadi yang kuat juga tegar terutama melatih diri untuk lebih disiplin dengan waktu
2.      Eni Asih Yuniati seorang Srikandi dari Sangatta Kutai timur Kalimantan Timur, Dunia safety semata-mata bukan hanya karena bekerja saja, akan tetapi selain dapat gaji bisa mendapatkan pahala karena selalu mengingatkan orang untuk bekerja aman dan selamat selain itu juga punya ilmu yang bermanfaat, kuncinya komitmen, konsisten dan yang penting ikhlas.
3.      Dyla Hagriah dari Makassar Sulawesi Selatan, Pada hakekatnya seseorang HSE dituntut untuk berani dan kuat, tertarik sekali terjun kedunia ini karena ingin meminimalisir kecelakaan kerja agar para pekerja bisa kembali dalam keadaan sehat, selamat dan dapat berkumpul  dengan keluarga.
4.      Bunda Nana dari Tuban Jawa Timur,  HSE adalah profesi yang luar biasa bagi saya, dimana seorang HSE harus mempunyai komitmen tinggi atas tanggunjawab yang besar menyangkut keselamatan orang banyak dalam lingkup sebuah pekerjaan, saya bangga menjadi seorangf HSE, ilmu K3 tidak hanya berguna untuk sebuah pekerjaan diperusahaan saja akan tetapi juga berguna untuk kehidupan sehari-hari yang kita terapkan dalam rumah tangga, sekali lagi saya bangga menjadi salah satu srikadni HSE, HSE untuk pekerja dan HSE untuk keluarga tercinta.
5.      Lisna Frida Sitanggang dari kota Pontianak, merupakan tantangan tersendiri dimana dulu saya dituntut untuk menjaga keselamatan ibu dan bayi sekarang saya dituntut untuk menjaga nyawa para pekerja suatu perusahaan, banyak hal yang harus dipelajari, harus mandiri, tegas dan disiplin waktu.
6.      Made Yenny dari Gresik Jawa Timur, seorang wanita lebih tegas dalam hal supervise lapangan dan tertib adminsitrasi, sehingga jika audit dokumen jarang sekali bermasalah.
7.      Yanti Waelah dari Tangerang, wanita tidak bisa dipandang sebelah mata dan mampu bersaing dengan secara sehat dengan kaum pria dalam segala bidang termasuk HSE, wanita mampu menjadi HSE yang mumpuni bahkan menjadi leader bagi kaum pria pada dasarnya emansipasi wanita saat ini sudah jauh lebih baik, kesetaraan gender sudah mulai ada disegala sector, wanaita terkadang jauh lebih tangguh.
8.      Amelia Ratna Mustika dari Tasikmalaya Jawa Barat, saya lebih suka bersosialisasi dan bertemu banyak orang, karena perbanyaklah tali silaturahmi antar sesama, terpenting wanita harus kuat.
9.      Wigati Listya dari Klaten Jawa Tengah, mengingatkan pekerja supaya menjaga keselamatan dan kesehatan kerja, memperkenalkan HSE mulai dari keluarga, sebagai ilmu dasar yang wajib diketahui oleh semua sehingga K2 lebih familiar dalam lkehidupan masyarakat sehari-hari disamping didunia kerja.
10.  Sofi Kumala Dewi dari Jakarta, K3 bukan milik sirkandi atau kaum adam, K3 sudah fitrahnya manusia untuk keberlangsungan manusia itu sendiri, tidak mengenal jenis kelaminsiapapun bisa masuk kedunia K3 seleksi alam yang berlaku, yang tidak kompeten akan keluar, yang kompeten akan eksis.

Dalam beberapa dialog dengan para pekerja pria mengenai hadirnya para srikandi-srikandi ini dilapangan, mereka sangat senang , bisa lebih fresh saat capek bekerja didatangi para srikandi kemudian berkomunikasi tentang keselamatan rasanya lebih mengena ujar salah satu pekerja , begitupun bagi pekerja  pria dikantor divis K3, kehadiran srikandi ini memberikan warna yang berbeda untuk mengubah suasana kantor yang awalnya sedikit tegang karena rutinitas pekerjaan kini agak mencair dengan kehadiran mereka ditambah selalu adanya makanan ringan yang mereka bawa sembari berkelakar.
Fenomena ini sangat menggembirakan karena para srikandi tersebut kelak akan melahirkan generasi emas, dimana generasi yang sedari kecil telah diajarkan basic K3 oleh orangtua khususnya ibu yang seorang Srikandi pejuang K3 di Indonesia. Kelak Indonesia berbudaya K3 bukan lagi isapan jempol namun akan menjadi kenyataan. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar