Jumat, 27 Oktober 2017

HARI BUMI SEJARAH HARI BUMI

HENDRA PRATHAMA
HSE INDONESIA SANGATTA
16 APRIL 2015 PUKUL 16.00 WITA

MATERI CELOTEH PENDIDIKAN RADIO GEMA WANA PRIMA (GWP) SANGATTA

HARI BUMI
SEJARAH HARI BUMI

Para pemerhati lingkungan sedunia, akan kembali memperingati Hari Bumi sedunia tahun yang jatuh pada tanggal 22 April. Nah bagaimana awal mula Peringatan Hari Bumi digagas? hingga bisa menginspirasi lahirnya berbagai kelompok besar pelestari lingkungan hidup seperti Greenpeace di Kanada, organisasi lingkungan fenomenal dengan aksi-aksi nekat nan kreatif.  Pada musim semi di Northern Hemisphere (belahan bumi utara) dan musim gugur di belahan bumi selatan bertepatan tanggal 22 April 1970, kira-kira 20 juta warga Amerika Serikat dan mahasiswa  turun ke jalan memenuhi sejumlah taman dan auditorium untuk mengampanyekan kesehatan dan keberlangsungan lingkungan.  Mereka berkumpul menentang kerusakan lingkungan yang disebabkan buruknya saluran pembuangan, serta semakin punahnya kelestarian flora di negeri itu. Aktor utama aksi nasional itu adalah Gaylord Nelson, politikus dan senator pertama yang menyuarakan isu-isu lingkungan menjadi agenda Senat AS.

FUNGSI POHON
Menurut Ir Sobirin, dewan Pakar DPKLTS (Dewan Pemerhati Kehutanan dan lingkungan Tatar Sunda), Pohon adalah makhluk hidup yang tidak bisa berjalan tetapi memberikan peran yang signifikan bagi mahluk yang berjalan, beberapa fungsi pohon di atas tanah diantaranya adalah:
  1. Menghasilkan oksigen 1,2 kg/pohon/hari
  2. Membuat teduh/ sejuk, menyerap panas 8x lebih banyak
  3. Menjaga kelembaban, menguapkan ¾ air hujan ke atmosfir
  4. Menyerap debu
  5. Mengundang burung
  6. Membuat keindahan
Sementara itu fungsi pohon di bawah tanah diantaranya adalah:
  1. Menyerapkan air ke tanah
  2. Mengikat butir-butir tanah
  3. Mengikat air di pori tanah dengan kapilaritas dan tegakan permukaan
Tanaman yang dipergunakan untuk pohon peneduh jalan, selain harus memenuhi persyaratan sebagai pohon pelindung jalan, juga harus mempunyai bentuk yang praktis dan indah. Dalam memilih pohon untuk pelindung jalan juga harus diperhatikan antara lain :
  • Pohon tidak mempunyai akar yang besar dan cepat tumbuh, agar supaya tidak merusak konstruksi jalan .
  • Mempunyai akar yang (paling tidak) dapat bertahan terhadap keruksakan yang disebabkan oleh getaran lalulintas, berarti mudah hidup dengan subur dalam keadaan yang kurang baik.
  • Pohon yang mempunyai percabangan dan ranting yang kuat dan tidak mudah tumbang.
  • Tidak mempunyai buah yang terlampau besar, sehingga membahayakan pemakai jalan.
  • Apabila memungkinkan, sebaiknya dipilih tanaman yang mendatangkan keuntungan.
Kegiatan penghijauan di kota sangat memberikan hal yang positif bagi warga sekitarnya beberapa fungsi penghijauan suatu kota antara lain sebagai berikut:
  • Sebagai paru-paru kota
  • Untuk menurunkan suhu udara
  • Meresap air hujan, menjamin persediaan air tanah
  • Mencegah terjadinya erosi
  • Perlindungan terhadap angin, debu, sinar matahari, bunyi dan lain-lain.
  • Menjamin keseimbangan alami.
  • Memenuhi kebutuhan hidup manusia antara lain: buah-buahan, sayur-sayuran.
  • Untuk keindahan kota.
Suksesnya penghijauan dalam kota tidak terlepas dari semua elemen masyarakat, karena masalah lingkungan membutuhkan sinergi semua pihak. Barangkali sejuknya kota dan nyamannya menjadi pejalan kaki atau pengendara akan kita rasakan bila kota hijau tertata dengan baik. Dengan sendirinya lingkungan akan memberikan sebuah timbal balik positif dalam menyediakan kenyamanan bagi kehidupan itu sendiri.
POHON TREMBESI
ASAL NAMA TREMBESI
Trembesi yang nama latinnya Samanea saman  berasal dari daerah Amerika Latin, termasuk tanaman yang berdiameter besar dan bisa tumbuh tinggi hingga mencapai 25 sampai 35 meter, berkanopi seperti payung. Di salah satu negara di Eropa pohon trembesi ada yang tingginya 60 meter dan lebar kanopinya 80 meter.
KEUNGGULAN POHON TREMBESI
Trembesi merupakan tanaman yang memiliki keunggulan dalam menyerap karbondioksida sehingga cocok untuk penghijauan. Berdasarkan penelitian di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, satu batang pohon tersebut dapat menyerap 28 ton CO2 setiap tahun. Karenanya Trembesi banyak ditanam sebagai tumbuhan peneduh di pinggir jalan sekaligus untuk menyerap gas buang transportasi yang padat di jalan raya.
 KEMAMPUAN POHON TREMBESI
Pohon Trembesi memiliki kemampuan yang kuat menyerap air tanah. Kini itu telah tersebar ke seluruh daerah beriklim tropis di dunia termasuk di Indonesia. Bahkan di halaman tengah antara Istana Negara dan Istana Merdeka sendiri terdapat dua pohon Trembesi yang ditanam oleh Presiden pertama Indonesia Soekarno.
MANFAAT POHON TREMBESI
Berdasarkan hasil penelitian Hartwell pada tahun 1967-1971 di Venezuela akar trembesi dapat digunakan sebagai obat tambahan saat mandi air hangat untuk membunuh kanker.
JENIS JENIS TANAH DAN CARA MENYUBURKANNYA
Tanah yang subur adalah tanah yang apabila ditanami tumbuhan/tanaman bisa memberikan hasil yang banyak berupa produksi daun, batang, buah atau umbi. Guna mencapai tujuan tersebut maka tanah yang dijadikan lahan usaha perluada upaya agar tanah tersebut subur dalam jangka waktu yang tidak terbatas dan berkelanjutan. Seperti lapisan top soil merupakan lapisan di bawah lapisan O lapisan ini berwarna lebih gelap daripada lapisan tanah di bawahnya. Lapisan ini terdiri dari campuran bahan organik dan bahan mineral. Selain itu, aktivitas biologi dan hewan maupun organisme (seperti cacing tanah, nematoda, atau jamur) dapat ditemui di lapisan ini. Tebal lapisan ini sekitar 10 cm.
Ada beberapa macam cara untuk menyuburkan tanah diantaranya:
1.        Pada tanah yang banyak mengandung liat (tanah liat). Jenis tanah ini banyak mengandung makanan tapi sayang tidak bisa dimakan oleh tumbuhan karena kekurangan kadar oksigen (O2). Untuk menanggulanginya yaitu mengupayakan agar tersedia O2. Caranya adalah dengan memberikan : kompos, bokashi pupuk kandang arang, atau bahan organik lainnya sehingga tanah menjadi gembur.
2.      Pada tanah yang berpasir atau tanah yang banyak mengandung pasir. Jenis tanah ini adalah sulit mengikat air, cepat kering dan merana. Adapun cara mengatasi tanah seperti ini adalah dengan menambahkan bahan organic seperti : kompos, bokashi pupuk kandang, pupuk organik daun hijau yang mudah busuk ditambah dengan kotoran hewan, tanah dan air dengan perbandingan 1: 1: 1: 1, simpan didalam drum dan biarkan selama 3 minggu.
3.       Pada tanah yang banyak mengandung kapur. Jenis tanah ini memiliki keasaman yang tinggi, mudah longsor, makanan mikronya kurang tersedia (contoh : zat besi, seng, tembaga). Untuk mengatasi jenis tanah seperti ini adalah dengan memberikan pupuk kompos, dan dedaunan yang hijau apalagi bila dedaunannya jenis tanaman yang berbunga kupu-kupu seperti kacang-kacangan, johar, turi, dll. Dan untuk menurunkan tingkat keasaman dilakukan dengan cara memberikan pupuk yang mengandung belerang.
4.      Tanah yang bersifat asam. Tanda-tanda tanah yang bersifat asam bila di sawah warna air kuning berkarat, bila di darat suka ditumbuhi alang-alang, haredong (sunda)/ sedudu, bila ditanami jagung buah jagungnya menguning dan bila ditanami kacang tanah tidak ada buah yang berenas. Apabila menemukan tanah seperti ini keasamannya (pH) berkisar antara 3 – 5. Dengan demikian pHnya harus disesuaikan dahulu sesuai dengan keinginan tanaman. Untuk mengatasi masalah tanah seperti ini ada banyak cara diantarnya :
Ø  Tanah dijemur. Tanah dicangkul, dibajak. Tanah yang berupa bongkahan dibiarkanterjemur oleh sinar matahari selama 2 minggu.
Ø  Diberi arang sekam. Tanah ditaburi arang sekam selanjutnya dicangkul hingga arang tersebut bercampur dengan tanah.
Ø  Memperbaiki tata udara dalam tanah. Tanah diolah kemudian dibuat parit-parit untuk menghindari genangan air dan pada tanah gambut dibuat memanjang dengan jarak 25 m agar terjadi pencucian dan yang asam mengalir.
Ø  Menambahkan pupuk organik. Dengan menambah pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan yang banyak, maka secara bertahap pH tanah akan berangsur-angsur naik atau dengan kata lain keasaman berkurang secara bertahap.
Ø  Pengapuran. Untuk menurunkan tingkat keasaman atau menaikkan pH dapat ditaburkan kapur pertanian di atas tanah yang sudah dicangkul kemudian dicangkul kemudian diaduk dengan tanah, apabila sudah tercampur kapur pertanian dengan tanah siram dengan air dapat pula denga air hujan, biarkan 10 sampai 15 hari, baru ditanam.
5.      Tanah Gambut. Tanah ini kaya akan zat organik namun belum bisa dijadikan makanan oleh tumbuhan karena belum terurai dan pHnya rendah atau asam. Sirkulasi udara yang kurang baik sehingga bakteri tidak bisa bekerja secara maksimal. Pada tanah yang seperti ini hanya beberapa jenis tanaman saja yang dapat hidup seperti karet. Cara mengatasi jenis tanah yang seperti ini :
Ø  Memberikan kompos dari pupuk kandang, arang atau bokashi pupuk kandang arang.
Ø  Membuat tali parit atau parit sebanyak mungkin.
Ø  Memberikan kultur campuran mikro organisme yang menguntungkan.
Ø  Memberikan bakteri yang berasal dari limbah yang mengandung banyak protein seperti : limbah tahu, darah, atau ikan busuk.
6.      Tanah podsolik merah kuning. Tanah ini banyak terdapat di Sumatera dan Kalimantan. Cara mengatasi jenis tanah seperti ini dengan cara :
Ø  Memberikan bahan organic berupa kompos yang banyak.
Ø  Menutup tanah atau memberi mulsa pada setiap tanaman sehingga lapisan atas tanah akan terlindungi dari erosi ketika hujan.
Ø  Memberikan bakteri yang menguntungkan

KESIMPULAN DARI TEKNIK PENYUBURAN TANAH INI ADALAH :
v  Memberikan bahan organic berupa kompos atau bokashi hal mutlak perlu dilakukan untuk menyuburkan tanaman.
v  Menjaga ekosistem kehidupan didalam tanah membuat tumbuhan tumbuh secara optimum.
v  Mengatur tata udara dan air untuk membantuk menyuburkan tanah.
v  Sasaran perbaikan ditujukan kepada fisik, kimia dan biologi tanah.

HUTAN INDONESIA
Indonesia memiliki 10% hutan tropis dunia yang masih tersisa. Hutan Indonesia memiliki 12% dari jumlah spesies binatang menyusui/mamalia, pemilik 16% spesies binatang reptil dan ampibi, 1.519 spesies burung dan 25% dari spesies ikan dunia. Sebagian dianataranya adalah endemik atau hanya dapat ditemui di daerah tersebut. Luas hutan alam asli Indonesia menyusut dengan kecepatan yang sangat mengkhawatirkan. Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72 persen [World Resource Institute, 1997]. Penebangan hutan Indonesia yang tidak terkendali selama puluhan tahun dan menyebabkan terjadinya penyusutan hutan tropis secara besar-besaran.

Laju kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektar per tahun, sedangkan pada periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Ini menjadikan Indonesia merupakan salah satu tempat dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia. Di Indonesia berdasarkan hasil penafsiran citra landsat tahun 2000 terdapat 101,73 juta hektar hutan dan lahan rusak, diantaranya seluas 59,62 juta hektar berada dalam kawasan hutan. [Badan Planologi Dephut, 2003].

Apa Dampak Kerusakan Hutan?
Dengan semakin berkurangnya tutupan hutan Indonesia, maka sebagian besar kawasan Indonesia telah menjadi kawasan yang rentan terhadap bencana, baik bencana kekeringan, banjir maupun tanah longsor. Sejak tahun 1998 hingga pertengahan 2003, tercatat telah terjadi 647 kejadian bencana di Indonesia dengan 2022 korban jiwa dan kerugian milyaran rupiah, dimana 85% dari bencana tersebut merupakan bencana banjir dan longsor yang diakibatkan kerusakan hutan [Bakornas Penanggulangan Bencana, 2003].

Selain itu, Indonesia juga akan kehilangan beragam hewan dan tumbuhan yang selama ini menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Sementara itu, hutan Indonesia selama ini merupakan sumber kehidupan bagi sebagian rakyat Indonesia. Hutan merupakan tempat penyedia makanan, penyedia obat-obatan serta menjadi tempat hidup bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Dengan hilangnya hutan di Indonesia, menyebabkan mereka kehilangan sumber makanan dan obat-obatan. Seiring dengan meningkatnya kerusakan hutan Indonesia, menunjukkan semakin tingginya tingkat kemiskinan rakyat Indonesia, dan sebagian masyarakat miskin di Indonesia hidup berdampingan dengan hutan.

Hutan Indonesia juga merupakan paru-paru dunia, yang dapat menyerap karbon dan menyediakan oksigen bagi kehidupan di muka bumi ini. Fungsi hutan sebagai penyimpan air tanah juga akan terganggu akibat terjadinya pengrusakan hutan yang terus-menerus. Hal ini akan berdampak pada semakin seringnya terjadi kekeringan di musim kemarau dan banjir serta tanah longsor di musim penghujan. Pada akhirnya, hal ini akan berdampak serius terhadap kondisi perekonomian masyarakat.

Mengapa Hutan Kita Rusak?
Industri perkayuan di Indonesia memiliki kapasitas produksi sangat tinggi dibanding ketersediaan kayu. Pengusaha kayu melakukan penebangan tak terkendali dan merusak, pengusaha perkebunan membuka perkebunan yang sangat luas, serta pengusaha pertambangan membuka kawasan-kawasan hutan. Sementara itu rakyat digusur dan dipinggirkan dalam pengelolaan hutan yang mengakibatkan rakyat tak lagi punya akses terhadap hutan mereka. Dan hal ini juga diperparah dengan kondisi pemerintahan yang korup, dimana hutan dianggap sebagai sumber uang dan dapat dikuras habis untuk kepentingan pribadi dan kelompok.

Upaya Yang Dilakukan?
Pemerintah Indonesia melalui keputusan bersama Departemen Kehutanan dan Departemen Perindustrian dan Perdagangan sejak tahun 2001 telah mengeluarkan larangan ekspor kayu bulat (log) dan bahan baku serpih. Dan di tahun 2003, Departemen Kehutanan telah menurunkan jatah tebang tahunan (jumlah yang boleh ditebang oleh pengusaha hutan) menjadi 6,8 juta meter kubik setahun dan akan diturunkan lagi di tahun 2004 menjadi 5,7 juta meter kubik setahun. Pemerintah juga telah membentuk Badan Revitalisasi Industri Kehutanan (BRIK) yang bertugas untuk melakukan penyesuaian produksi industri kehutanan dengan ketersediaan bahan baku dari hutan. Selain itu, Pemerintah juga telah berkomitmen untuk melakukan pemberantasan illegal logging dan juga melakukan rehabilitasi hutan melalui Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL) yang diharapkan di tahun 2008 akan dihutankan kembali areal seluas tiga juta hektar.

Hasil Yang Diperoleh?

Sayangnya hingga tahun 2002 masih dilakukan ekspor kayu bulat yang menunjukkan adanya pelanggaran dari kebijakan pemerintah sendiri. Dan pemerintah masih akan memberikan ijin pengusahaan hutan alam dan hutan tanaman seluas 900-an ribu hektar kepada pengusaha melalui pelelangan. Pemerintah juga belum memiliki perencanaan menyeluruh untuk memperbaiki kerusakan hutan melalui rehabilitasi, namun kegiatan tersebut dipaksakan untuk dilaksanakan, yang tentunya akan mengakibatkan terjadinya salah sasaran dan kemungkinan terjadinya kegagalan dalam pelaksanaan.

Apa yang seharusnya dilakukan?

Untuk menghentikan kerusakan hutan di Indonesia, maka pemerintah harus mulai serius untuk tidak lagi mengeluarkan ijin-ijin baru pengusahaan hutan, pemanfaatan kayu maupun perkebunan, serta melakukan penegakan hukum terhadap pelaku ekspor kayu.

Menurut Prof. Dr. Sudjarwadi (UGM), 1 rim kertas setara dengan 1 pohon berumur 5 tahun.
seperti halnya pemerintah, apa yang bisa kita lakukan??? gerakan-gerakan peduli lingkungan mungkin sudah waktunya kita galakkan, baik tentang hutan ataupun yang lainnya. Demi selamatnya hutan kita, kekayaan kita, dan bumi kita. Untuk siapa?? untuk kita dan anak cucu kita…



TERIMA KASIH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar