FENOMENA KEHADIRAN SRIKANDI-SRIKANDI
PEJUANG K3 INDONESIA
( Hendrajati, S.Pd, Pendiri HSE Indonesia &
Mahasiswa S2 PPS MP UAD )
Sejak terbitnya Undang-undang no 1
tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang ruang lingkupnya antara lain
pembinaan K3 bagi manajemen dan pekerja, pembentukan unit P2K3 perusahaan atau
komite K3 perusahaan dan lainnya, cukup membawa angin perubahan pada dunia
kerja untuk secara perlahan tapi pasti setiap perusahaan wajib menerapkan K3,
secara otomatris pula perusahaan harus menempatkan petugas-petugas K3 diareal
operasional kerjanya. Tidak bisa dipungkiri saat itu memang dunia usaha serta
dunia industri banyak di dominasi kaum pria sebagai pekerja terutama dalam hal
ini sebagai petugas K3.
Penulis pun merasakan awal bekerja
sebagai petugas K3 disalah satu kontraktor perusahaan tambang batubara terbesar
di Indonesia bahkan di dunia yang terletak di kota Sangatta Kalimantan Timur pada tahun 2003
dimana sudah dilaksanakan standar keselamatan kelas dunia, saat itu 100%
petugas K3 adalah seorang pria tidak ditemui seorang wanita yang menjadi
petugas K3, pegawai wanita rata-rata
menjadi sekretaris, administrasi serta akunting, pengawas sampai dengan level
manajer juga ada beberapa yang diisi oleh kaum wanita. Safety adalah nama yang
sangat asing jika disebutkan pada waktu itu terkadang mereka menganggap bahwa
safety itu adalah petugas security perusahaan bahkan ada yang mengira bahwa
safety itu adalah sepatu alias alat keselamatan bekerja. Perusahaan sekelas
Pertamina juga sudah lebih lama mengenal istilah Petugas K3 karena mereka juga
sudah menerapkan system K3 dengan baik namun tetap saja di dominasi oleh kaum adam.
Memasuki Revolusi Industri 4.0 petugas K3 mulai diisi oleh para wanita
seiiring mulai ngetrendnya K3 dikalangan
generasi milenial, peminat semakin meningkat setiap tahunnya ditambah mulai
bermunculan jurusan K3, Kesehatan masyarakat, teknik lingkungan di beberapa
perguruan tinggi serta semakin pedulinya pemerintah dan pengusaha akan arti
pentingnya K3.
Kenyataan yang sangat menggembirakan
bagi dunia K3 dengan munculnya para Srikandi-srikandi pejuang Keselamatan, mereka hadir ditengah-tengah kerasnya dunia
industry, manufaktur, konstruksi,
tambang/Minerba. Kehadirannya diharapkan mampu membawa perubahan besar untuk
mengubah perilaku para pekerja agar lebih peduli terhadap aspek keselamatan,
kesehatan dan lingkungan kerjanya sehingga kedepan akan menjadi budaya bagi
semua pekerja dan tidak ada lagi kesedihan, airmata yang menetes akibat salah satu keluarganya cedera, cacat
bahkan meninggal dunia akibat kecelakaan kerja.
Para srikandi-srikandi ini tidak
hanya bekerja didalam ruangan kantor saja namun mereka selayaknya petugas K3
pria lainnya yang harus turun kelapangan untuk melakukan inspeksi rutin
terencana maupun yang tidak terencana bersama-sama para pengawas, memberikan
pengarahan/penyuluhan K3, meninjau lokasi kerja bahkan terkadang ikut mengawasi
ditengah teriknya matahari, bahkan ada yang harus masuk shift malam hari
bekerja diantara puluhan bahkan ratusan pria lainnya, tidak ada perlakuan
berbeda karena masing-masing bekerja sesuai job description yang telah
ditetapkan.
Tidak dipungkiri banyak pekerja pria
baik yang dikantor maupun dilapangan senang dengan kehadiran srikandi-srikandi
K3 berada ditengah-tengah mereka, selain otomatis menambah semangat kerja kaum
adam, seorang wanita lebih lembut dalam menyampaikan pesan-pesan K3 yang
langsung bisa menancap dihati para
pekerja pria, secara psikologis juga bisa membangkitkan semangat kerja mereka..
Dari beberapa Srikandi K3 yang
penulis tanyakan mengapa mereka tertarik
terjun di dunia K3 dimana dahulu orang beranggapan bahwa pekerjaan ini adalah
domainnya seorang pria berikut tanggapan langsung dari mereka ;
1.
Tio Hannarin
Siapudan seorang Srikandi asal Jambi mengatakan ketertarikannya di dunia HSE ingin
mendalami dan mempelajari lebih banyak apa itu HSE selain itju melatih diri
untuk menjadi pribadi yang kuat juga tegar terutama melatih diri untuk lebih
disiplin dengan waktu
2.
Eni Asih Yuniati
seorang Srikandi dari Sangatta Kutai timur Kalimantan Timur, Dunia safety
semata-mata bukan hanya karena bekerja saja, akan tetapi selain dapat gaji bisa
mendapatkan pahala karena selalu mengingatkan orang untuk bekerja aman dan
selamat selain itu juga punya ilmu yang bermanfaat, kuncinya komitmen,
konsisten dan yang penting ikhlas.
3.
Dyla Hagriah dari
Makassar Sulawesi Selatan, Pada hakekatnya seseorang HSE dituntut untuk berani
dan kuat, tertarik sekali terjun kedunia ini karena ingin meminimalisir
kecelakaan kerja agar para pekerja bisa kembali dalam keadaan sehat, selamat dan
dapat berkumpul dengan keluarga.
4.
Bunda Nana dari
Tuban Jawa Timur, HSE adalah profesi
yang luar biasa bagi saya, dimana seorang HSE harus mempunyai komitmen tinggi
atas tanggunjawab yang besar menyangkut keselamatan orang banyak dalam lingkup
sebuah pekerjaan, saya bangga menjadi seorangf HSE, ilmu K3 tidak hanya berguna
untuk sebuah pekerjaan diperusahaan saja akan tetapi juga berguna untuk
kehidupan sehari-hari yang kita terapkan dalam rumah tangga, sekali lagi saya
bangga menjadi salah satu srikadni HSE, HSE untuk pekerja dan HSE untuk
keluarga tercinta.
5.
Lisna Frida
Sitanggang dari kota Pontianak, merupakan tantangan tersendiri dimana dulu saya
dituntut untuk menjaga keselamatan ibu dan bayi sekarang saya dituntut untuk
menjaga nyawa para pekerja suatu perusahaan, banyak hal yang harus dipelajari,
harus mandiri, tegas dan disiplin waktu.
6.
Made Yenny dari Gresik
Jawa Timur, seorang wanita lebih tegas dalam hal supervise lapangan dan tertib
adminsitrasi, sehingga jika audit dokumen jarang sekali bermasalah.
7.
Yanti Waelah dari
Tangerang, wanita tidak bisa dipandang sebelah mata dan mampu bersaing dengan
secara sehat dengan kaum pria dalam segala bidang termasuk HSE, wanita mampu
menjadi HSE yang mumpuni bahkan menjadi leader bagi kaum pria pada dasarnya
emansipasi wanita saat ini sudah jauh lebih baik, kesetaraan gender sudah mulai
ada disegala sector, wanaita terkadang jauh lebih tangguh.
8.
Amelia Ratna
Mustika dari Tasikmalaya Jawa Barat, saya lebih suka bersosialisasi dan bertemu
banyak orang, karena perbanyaklah tali silaturahmi antar sesama, terpenting
wanita harus kuat.
9.
Wigati Listya
dari Klaten Jawa Tengah, mengingatkan pekerja supaya menjaga keselamatan dan
kesehatan kerja, memperkenalkan HSE mulai dari keluarga, sebagai ilmu dasar
yang wajib diketahui oleh semua sehingga K2 lebih familiar dalam lkehidupan
masyarakat sehari-hari disamping didunia kerja.
10. Sofi Kumala Dewi dari Jakarta, K3 bukan milik sirkandi
atau kaum adam, K3 sudah fitrahnya manusia untuk keberlangsungan manusia itu
sendiri, tidak mengenal jenis kelaminsiapapun bisa masuk kedunia K3 seleksi
alam yang berlaku, yang tidak kompeten akan keluar, yang kompeten akan eksis.
Dalam beberapa dialog dengan
para pekerja pria mengenai hadirnya para srikandi-srikandi ini dilapangan,
mereka sangat senang , bisa lebih fresh saat capek bekerja didatangi para
srikandi kemudian berkomunikasi tentang keselamatan rasanya lebih mengena ujar
salah satu pekerja , begitupun bagi pekerja
pria dikantor divis K3, kehadiran srikandi ini memberikan warna yang
berbeda untuk mengubah suasana kantor yang awalnya sedikit tegang karena
rutinitas pekerjaan kini agak mencair dengan kehadiran mereka ditambah selalu
adanya makanan ringan yang mereka bawa sembari berkelakar.
Fenomena ini sangat
menggembirakan karena para srikandi tersebut kelak akan melahirkan generasi
emas, dimana generasi yang sedari kecil telah diajarkan basic K3 oleh orangtua
khususnya ibu yang seorang Srikandi pejuang K3 di Indonesia. Kelak Indonesia
berbudaya K3 bukan lagi isapan jempol namun akan menjadi kenyataan. Aamiin.